LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKHIAL
1. Definisi
Asma berasal dari
bahasa Yunani yang berarti terengah-engah dan berarti serangan nafas pendek. Asma
adalah penyakit jalan nafas yang terjadi karena spasme bronchus, disebabkan
oleh berbagai penyebab. (Sylvia.A.Price,1995). Asma merupakan suatu gangguan
pada saluran bronchial dengan cirri bronkospasme periodik (kontraksi spasme
pada saluran napas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan
oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
2. Tipe Asma
Asma dapat dibagi dalam tiga
kategori, yaitu :
1)
Asma Alergika atau asma ekstrinsik
Ditemukan pada sebagian kecil pasien
dewasa dan disebabkan oleh alergan yang diketahui. Astma jenis ini biasanya
dimulai pada masa kanak-kanak dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit
atopik, contoh: demam jerami, eksema , dermatitis, dan asma sendiri.
2)
Asma Idiopatik atau asma intrinsic
Asma jenis ini lebih sering ditemukan
pada usia 40 tahun keatas , dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus
hidung atau percabangan trakheo bronkhial . Makin lama serangan makin sering
dan makin hebat, sehingga keadaan ini akhirnya berkelanjutan menjadi bronchitis
kronikdan kadang-kadang emfisema.
3)
Asma Campuran.
Merupakan bentuk yang paling sering
menyerang pasien . Asma jenis ini terdiri dari komponen-komponen kedua macam asma
diatas. Kebanyakan pasien dengan asma intrinsic akan berlanjut menjadi bentuk
campuran.
3. Etiologi
Sampai saat ini,
etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang sering kali terjadi
pada semua penderita asma adalah fenomena hiperakivitas bronchus. Bronkus penderita
asma sangat peka terhadap rangsang imunologi maupun nonimunologi. Karena sifat
tersebut, maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsangan fisik, metabolism,
kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering
menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkindihindarkan. Faktor-faktor
tersebut adalah:
a.
Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b.
Faktor presipitasi
1)
Alergi
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh
: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b)
Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh :
makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2)
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau.
3)
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4)
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5)
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
4. Gambaran Klinis
Gejala asma
terdiri atas triad: dispnea, batuk, dan mengi (bengek atau sesak napas). Gejala
sesak napas sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (‘sine qua non’). Hal tersebut berarti jika penderita menganggap
penyakitnya adalah asma namun tidak mengeluhkan sesak napas, maka perawat harus
yakin bahwa pasien bukan menderita asma.
Gambaran klinis
pasien yang menderita asma:
a. Gambaran objektif yang ditangkap
perawat adalah kondisi pasien dalam keadaan seperti di bawah ini:
·
Sesak napas parah dengan ekspirasi memanjang
disertai wheezing.
·
Dapat disertai batuk dengan sputum kental dan
sulit dikeluarkan
·
Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas
tambahan
·
Sianosis, takikardia, gelisah, dan pulsus
paradoksus
·
Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus).
b. Gambaran subjektif yang ditangkap
perawat adalah pasien mengeluhkan sukar bernapas, sesak, dan anoreksia.
c. Gambaran psikososial yang diketahui
perawat adalah cemas, takut, mudah tersinggung, dan kurangnya pengetahuan
pasien terhadap situasi penyakitnya.
5.
Patofisologi
Asma
akibat alergi tergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit T
dan B. asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang
berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang menimbulkan asma
bersifat airbone. Allergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode waktu tertentu agar mampu
menimbulkan gejala asma. Namun di lain kasus terdapat pasien yang sangat responsive,
sehingga jumlah kecil allergen masuk ke dalam tubuh sudah dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit.
Obat
yang paling sering berhubungan dengan induksi fase akur asma adalah aspirin,
bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom
khusus pada system pernapasan yang seinsitif terhadap aspirin terjadi pada
orang dewasa, namun dapat pula dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini
biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi rhinosinusitis
hiperplastik dengan polip nasal dan akhirnya diikuti oleh munculnya asma
progresif.
Pasien
yang sensitive terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan pemberian obat
setiap hari. Setelah menjalani bentk terapi ini, toleransi silang Akan terbentukterhadap
agen anti inflamasi nonsteroid.
Antagonis
beta-adrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan pbstruksi jalan naas
pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan peningkatan
reaktivitas jalan napas. Oleh karena itu, antagonis beta-adrenergik harus
dihindarkan pada pasien tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan
sebagai agen sanitasi dan pengawet dalam industry makanan dan farmasi juga
dapat menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada pasien yang sensitive. Senyawa
sulfat tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit,
natrium sulfit, dan sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan terpapar setelah
menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa tersebut seperti salad,
buah segar, kentang, kerang, dan anggur.
Faktor
penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan sebab internal pasien
akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibody. Reaksi tersebut
mengakibatkan dikeluarkannya substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan
mekanisme tubuh dalam menghadapi seerangan, yaitu dikeluarkannya histamine,
bradikinin, dan anafilatoksin. Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan tiga gejala
seperti berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
peningkatan sekresi mucus seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Untuk melihat
derajat beratnya asma biasanya dilakukan pemeriksaan secara komprehensif dengan
menggunakan alat ukur seperti pada tabel 2.
Tabel 4-1
Pengkajian untuk menentukan derajat berat asma
Manifestasi Klinis
|
Skor 0
|
Skor 1
|
a. Penurunan
toleransi beraktivitas
b. Penggunaan
otot napas tambahan, adanya retraksi interkostal
c. Wheezing
d. Respiratory
rate per menit
e. Pulse
rate per menit
f. Teraba
pulsus paradokus
g. Puncak
Expiratory Flow Rate (L/menit)
|
Ya
Tidak ada
Tidak ada
< 25
< 120
Tidak ada
>100
|
Tidak
Ada
Ada
>125
>120
Ada
< 100
|
Keterangan: Jika
terdapat skor empat atau lebih, maka pasien diperkirakan mengalami asma berat. Selanjutnya
pasien harus diobservasi untuk menentukan ada tidaknya respons dari terapi atau
segera dikirim kee rumah sakit.
Tabel 4-2
Perubahan dalam arteri blood gas yang
berhubungan dengan asma
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Status Asmatikus
|
|
PO2
PCO2
pH
|
Meningkat
Menurun
Alkalosis
|
Normal
sampai hipoksemia ringan
Menurun
sampai normal
Alkalosis
|
Hipoksemia
Meningkat
Alkalosis
|
Hipoksemia
berat
Peningkatan
jelas
Asidosis
|
6.
Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronchial:
a. Diagnosis
status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan adalah:
1) Waktu
terjadinya serangan
2) Obat-obatan
yang telah diberikan (jenis dan dosis)
b. Pemberian
obat bronchodilator
c. Penilaian
terhadap perbaikan serangan
d. Pertimbangan
terhadap pemberian kortikosteroid
e. Setelah
serangan mereda:
1) Cari
faktor penyebab
2) Modifikasi
pengobatan penunjang selanjutnya
7.
Tanda
dan gejala
a. Dyspnea
b. Bunyi
nafas wheezing / mengi.
c. Ekspirasi
yang memanjang.
d. Batuk
– batuk disertai sputum kental
e. Tachicardi
f. Gelisah
g. Berkeringat
h. Cyanosis
bibir dan kuku
i.
Penggunaan otot bantu pernafasan
8.
Obat-obatan
a. Pengobatan
1) Pasien diobati dengan agonos beta (misalnya, metaproterenol,
tebultalin, dan algluterol.
2) Bronkodilator
Misalnya :
-
Aminophyline,
-
Theophyline.( biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk,
mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting.Pada
serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah)).
Fungsi : merangsang pelebaran saluran udara
Cara kerja : bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung
selama 4-6 jam.
3) Kortikosteroid
Misalnya : Beclomethasone
4) Terapi oksigen
Terapi oksigen dilakukan mengatasi Dyspnue, sianosis, dan
hipoksemia. Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker atau
katetar hidung di berikan. Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada
nilai-niali gas darah.PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg pemberian
sedatif merupakan kontra indikasi.
b. Cairan
Pasien membutuhkan cairan intravena untuk hidrasi.
Sumber:
Somantri, irman. 2008. Keperawatan Medikal
Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar